Herlina Kasim mungkin
satu-satunya perempuan Indonesia di jaman modern yang paling berani dan bisa
dijadikan “role model” bagi remaja-remaja jaman sekarang, terutama
putri-putrinya. Bagaimana tidak ? Di tahun 1963-an Herlina yang waktu itu
mungkin umurnya masih belasan, setara anak SMA jaman sekarang, sudah berani
diterjunkan di hutan rimba dan rawa buas di Pulau Irian, dalam rangka merebut
Irian Barat dari tangan Belanda (FYI, seluruh Indonesia sudah merdeka 17
Agustus 1945, diakui kemerdekaannya oleh dunia internasional Desember 1949,
kecuali wilayah Irian Barat yang masih dikuasai Belanda sampai tahun 1962).
Herlina pun bergabung dengan pasukan RPKAD (Kopassus
sekarang) bersama Letnan dr. Ben Mboy dan Letnan Benny Moerdhani. Dan Herlina
Kasim adalah pasukan cewek pertama yang terjun di hutan belantara Irian Barat,
mungkin dekat dengan kota Merauke sekarang.
Atas keberanian Herlina Kasim, sepulang Herlina ke
Jakarta, Presiden RI Ir. Soekarno pun memberinya hadiah berupa emas yang
berbentuk seperti “kendi kecil” yang disebut “pending” yang beratnya sekitar
1-2 kg (untuk jelasnya berapa berat pending emas tersebut, tanyalah pada
ahlinya). Sejak itu, namanya menjadi “Herlina Kasim, si Pending Emas”
Herlina Kasim (wanita) |
Beliau adalah salah satu pejuang perempuan yang terlibat langsung dalam
operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) dalam Komando Mandala yang dipimpin oleh
Mayjen Soeharto. Operasi ini atas perintah langsung dari Presiden Pertama
Indonesia Bapak Ir. Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 di kota Yogyakarta
yang isinya :
- Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda.
- Kibarkan sang Merah Putih di Irian Jaya tanah air Indonesia.
- Bersiap melaksanakan mobilisasi umum.
Trikora muncul karena adanya kekecewaan dari pihak Indonesia yang
terus-terusan gagal dalam upaya diplomasi melalui beberapa perundingan dengan
Negara Belanda untuk mengembalikan Irian Barat yang secara sepihak yang diklaim
oleh Belanda bahwa itu adalah wilayahnya.
Ketika pada tahun 1961 Presiden Ir. Soekarno mengobarkan semangat Trikora,
Herlina pada waktu itu berada di Maluku sebagai pendiri Mingguan Karya yang
berkantor di Ternate, karena inilah hati dan jiwa Herlina merasa terpanggil dan
mendaftar sebagai salah seorang sukarelawati di wilayah Kodam XIV Pattimura
yang sekarang menjadi Kodam XVI/Pattimura.
Kodam Pattimura merupakan salah satu bagian dari Komando Mandala dan
operasi Trikora, oleh karena itu Herlina pun diterjunkan untuk melakukan
operasi infiltrasi dan operasi gerilya di rimba belantara Irian Barat bersama
20 orang sukarelawan.
Herlina Kasim (wanita di tengah) |
Setelah beberapa kota penting di Irian Barat berhasil dikepung
operasi-operasi infiltrasi termasuk dengan penerjunan Herlina, akhirnya
sekutu-sekutu belanda mengetahui hal tersebut bahwa Indonesia tidak main-main
untuk merebut kembali Irian Barat. Atas desakan Amerika Serikat, Belanda
bersedia menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui Persetujuan “New York
Agreement”. Sesuai dengan perjanjian New York, pada tanggal 1 Mei 1963
berlangsung upacara serah terima Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah
Republik Indonesia. Upacara berlangsung di Hollandia (Jayapura). Dalam
peristiwa itu bendera PBB diturunkan dan berkibarlah merah putih yang menandai
resminya Irian Barat menjadi provinsi ke 26. Nama Irian Barat diubah menjadi
Irian Jaya namun sekarang telah diubah lagi menjadi Papua.
Herlina dilahirkan di Malang, Jawa Timur, pada tanggal 24 Februari 1941.
Pendidikan SD di Malang (1953), SMP di Jakarta (1956), SMA di Jakarta (1959),
Pendidikan Militer Korps Wanita Angkatan Darat (1963-1964), Pendidikan Atase
Pers Departemen Luar Negeri. Riwayat pekerjaannya ialah sebagai Pegawai
Departemen Pertanian di Jakarta (1955-1956), Anggota Militer Korps Wanita
Angkatan Darat (1964), Pegawai Departemen Luar Negeri (1964), diperbantukan
Departemen Luar Negeri untuk Operasi Khusus, Komandan Batalyon Sukarelawati
Dwikora (1964). Bersama para pejuang Trikora, Herlina dianugerahi tanda jasa
oleh Presiden Ir. Soekarno berupa Pending Emas, sebuah ikat pinggang dari emas
murni seberat 500 gram plus uang Rp. 10 juta. Tetapi semua hadiah itu
ditolaknya karena katanya “Saya berjuang untuk bangsa dan negara, bukan mencari
hadiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar